Selasa, 26 Februari 2013

EVALUASI TES DAN EVALUASI HASIL TES


A.    Evaluasi Tes
Evaluasi hasil tes bertujuan mengetahui kualitas butir tes/butir soal sebelum digunakan. Cara menalaah butir-butir tes adalah :
1.      telaah secara kualitatif, yakni oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama,
2.      telaah secara kuantitatif, yakni analisis berdasarkan hasil uji coba atau hasil penggunaan tes setelah diuji cobakan,
selanjutnya hasil tes dianalisis untuk mengetahui tujuan pembelajarnan yang telah dicapai, yaitu yang dinyatakan dengan penguasaan kemampuan dasar.
Persyaratan untuk menyiapkan butir-butir tes dengan baik adalah :
1.      menguasai materi yang diujikan,
2.      menguasai penulisan soal, dan
3.      menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Telaah butir tes dilakukan terhadap beberapa asek, yaitu :
1.      Aspek materi berkaitan dengan subtansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berikir yang terlibat.
2.      Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal yang baik, yaitu bentuk objektif dan non-objektif.
3.      Aspek bahas berkaitan dengan kekomunikatifan/kejelasan hal yang ditanyakan.
Kualitas butir soal juga dilihat dari tingkat berfikir yang diperlukan dalam mengerjakan soal. Apabila digunakan taksonmi ranah kognitif menurut Bloom, sebaiknya soal lebih banyak pada aspek pemahaman, aplikasi, dan analisi.  Aplikasi yang dimaksud adalah yang belum diajarkan, namun konsepnya sudah diajarkan. Untuk menyiapkan soal harus dilakukan secara bertahap, misal setiap selesai mengajar disiapkan suatu soal untuk suatu konsep tertentu. Kelemahan konsep ini adalah lebih banyak soal yang menanyakan tentang hafalan saja, sering waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal ujian tidak cukup. Untuk pengecoh dalam bentuk soal pilihan ganda lebih sebaiknya jawaban salah siswa ketika mengerjakan soal uraian. Contoh format telaah butir soal ditinjau dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa dapat dilihat pada Lampiran 3
Ketidaktercapaian suatu konsep atau tema dalam kemampuan dasar bisa di sebabkan beberapa hal, antara lain :
1.      Kemampuan siswa yang rendah,
2.      Kemampuan guru dalam media termasuk metoder ajar dan pembelajaran, dan
3.      Bahan ajar yang tergolong sulit, dan tidak ada atau kurangnya peran mata pelajaran pendukung.
Setelah ujian, semua guru harus memiliki informasi tentang kemampuan dasar yang sulit dipahami siswa untuk dibicarakan di tingkat sekolah terutama dengan sesama pengajar mata pelajaran yang sama.
Beberapa sumber kesalahan pengukuran antara lain :
1.      Pada penentuan materi ujian.
2.      Pihak yang diukur, untuk mengatasinya harus dilakukan banyak pengukuran.
3.      Pihak yang mengukur, pihak pengukur harus dilatih agar menyusun alat ukur dengan baik dan mampu menyelenggarakan pengukuran dengan kondisi standar.
4.      Lingkungan
 Kesalahan pada subyek yang diukur sering disebabkan bias atau subyektifitas dalam melakukan pengukuran dan penilaian. Bias berarti mereka yang memilik kemampuan yang sama tetapi hasil tes tidak sama. Untuk mengatasinya, soal tes harus benar-benar ditelaah dan dianalisis serta disediakan pedoman penyekoran dan penilaian agar lebih obyektif.
Pada dasarnya, pengukuran dilakukan terhada satu dimensi yaitu ada dimensi kognitif, dimensi psikomotor, dimensi afektif. Apabila ingin mengukur kemampuan siswa dalam beberapa dimensi seperti dimensi kemampuan berfikir, keterampilan mengerjakan tugas, dan dimensi keuletan, maka ketiga dimensi itu harus diukur sendiri-sendiri dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk profil siswa dalam tiga dimensi tersebut.
Setelah butir-butir tes/butir-butir soal ditelaah, selanjutnya dalam pengembangan tes adalah pengumpulan data empiris melalui pengujian. Untuk uji coba skala besar seperti ujian tingkat regional atau nasional, hasilnya dimasukkan ke dalam bank soal. Untuk soal buatan guru yang digunakan di kelas, uji coba tes tidak perlu dilakukan. Apabila hal ini sering dilakukan dengan memperhatikan atau dilakukan dalam evaluasi tes yaitu analisis butir tes/soal dan perakitan tes, maka kemampuan guru membuat tes yang baik akan tercapai.
1.      Analisis butir tes/soal
Ada dua cara untuk menganilis soal, yaitu :
a.       Analisis soal secara teoritik atau kualitatif
Analisis ini dilakukan sebelum dilakukan uji coba yakni dengan dengan cara mencermati butir-butir soal yang telah disusun, dilihat dari kesesuain dengan kemampuan dasar dan indikator yang diukur, serta pemenuhan persyaratan bai aspek materi, konstruks, dan bahasa.
b.      Analisis  soal secar empiris atau kuantitatif
Ada dua cara melakukan analisis kuanitatif yaitu :
i.                    Analisis cara klasik
Analisis butir soal secara klasik dibedakan menjadi dua macam berdasarkan tujuan penilaian. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan kriteria , maka kriteria butir soal yang digunakan harus emenuhi standar butir soal acuan kriteria (criterion referenced test). Demikian pula jika menggunakan pendekatan penilaian acuan norma, maka butir soal harus memenuhi standar sebagai buir soal acuan orma (orm referenced test).
2.      Analisis butir soal acuan kriteria
Tujuan penilaian acuan kriteria adalah mengetahui kemampuan seseorang menurut kriteria tertentu. Jika menggunakan penilaian formatif, maka penilaian acuan kriteria diterapkan untuk mengetahui sejauhmana keampuan yang ditargetkan dapat dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, syarat utama yang harus dipenuhi adalah butir-butir soal yang digunakan harus mencerminkan indikator kemampuan yang ditargetkan agar pembelajaran yang diselenggarakan berubah ke arah yang lebih baik, baik dlam kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Tingkat pencapaian suatu kemampuan dasar adalah proposi jumlah peserta tes yang menjawab benar terhadap indikator kemampuan dasar yang bersangkutan, dilambangkan dengan rumus :
                                  P   = tingkat pencapain (proportion correc)
                                              B  = jumlah peserta tes yang menjawab benar
                                              T   = jumlah seluruh peserta tes
Jikasemua siswa berhasil menguasai suatu indikator kemampuan dasar, maka P = 1 dan butir soal tersebut dinyatakan mudah oleh siswa. Jika didapat P= 0, berarti semua siswa gagal mengusainya. Bila hasil empiris p = 0 dan hasi kualitatif P = 1, maka dapat ditafsirkan siswa belum menguasai kemampuan dasar atau proses pembelajaran yang telah dilaksanakan belum berhasil mencapai tujuan.
Kriteria utama butir soal acuan kriteria tercermin dari besarnya  harga indeks sensitivitas yang menunjukkan efektifitas proses pembelajaran. Hal ini dapat diketahui bila dilakukan prostest dan posttest
(Gronlund dan Linn, 1990)
Indeks sensisifitas butir soal memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif:
= Banyak siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir soal sesudah proses pembelajaran.
= Banyak siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir soal sebelum proses pembelajaran.
T = Banyak siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada pree test maka nilai dilihat dari postes. Jika tingkat pencapaian suatu butir kecil maka proses pembelajaran tidak efektif. Jika hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa baik dari aspek materi konstruksi maupun bahasa tes memenuhi sayarat.
            Pemakaian indeks daya pembeda butir untuk butir soal acuan kriteria pada dasarnya adalah perbandingan antara banyaknya anggota kelompok yang berhasil (kelompok atas) dan banyaknya kelompok yang gagal (kelompok bawah).
            Daya beda dinyatakan baik jika minimum besarnya 0,3. Jika seluruh siswa berhasil menguasai indikator suatu kemampuan dasar maka indeks daya beda sebesar 0. Namun butir ini tetap dinyatakan baik dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran manakala seluruh siswa mengalami proses tidakdapat mengerjakan suatu butir soal yang bersangkutan.
Seluruh siswa sebelum mengalami prosespembelajrana tidak dapat mengerjakan butir soal yang bersangkutan. Dengan kata lain, jika sebelum pembelajaran siswa belum mdenguasai indikator kemampuan dasar yang dimaksud, dan setelah pembelajaran seluruh siswa berhasil mengerjakan butir soAl yang dijadikan indikator kemampuan dasar tersebut, maka butir soalnya tetap dinyatakan baik atau tetap dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan belajar
            Berdasar uraian diatas dalam ubtuk mengukur pencapaian kemampuan dasar yang telah berhasil  dikuasai.
b. analisis butir soal acuaan norma
tujuan penilaian acuan norma adalah unuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya(dalam kelas). Oleh karena itu butir-butir soal yang dipakai dalam ujian tidak boleh terlalu sukar/ terlalu mudah. Sehingga indeks kesukarannya 0,3-0,7 dan harus dapat membedakan mahasiswa yang pandai dan yang tidak pandai dalam suatu kelas yang tercermin dari besarnya harga indeks daya beda 0,3.
c. analisis menurut teori respon butiri
Apa yang diuraikan diatas adalah model analisis butir yang klasik dengan asumsi bahwa:
1.      Tidak ada korelasi antara skor yang sebenarnya dan skor kesalahan
2.      Sepanjang tidak terjadi kesalahan sistematik tidak ada korelasi.
3.      Besarnya merata keslahan acak = 0.
Penggunaan teori klsik dalam menganilis butir memilki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1.      Stasistik butir tes berupa tingkat kesukaran dan daya beda butir soal.
2.      Estimasi kemampuan peserta tergantug pada butir soal yang di ujikan.
3.      Estimasi skor kesalahan berlaku untuk semua peserta tes.
4.      Di dalam tidak informasi tenetang respon peserta ujian terhadap setiap butir soal.
5.      Estimasi keterandalan alat tes dengan tehnik belah dua, belah tiga, kron, beach alpha dan sebagainya menggunakan asumsi paralel yang sudaa dipenuhi.
Kareana ada kelemahan-kelemahan tersebut muncullah teori respon butir yang berusaha mengatasi kelemahan tersebut.
            Untuk kerja seseorang terhadap suatu butir soal tidak mempengaruhi butir soal yang lain. Dengan demikian respons seseorang terhadap masing-masing butir soal bersifat independent atau tepatnya local-independent. Berdasarkan teori respon butir soal hubungan setiap butir soal mempunyai kurva karakteristik butir yang merupakan kurva regresi non linier skor butir terhadap kemampuan. Fungsi tersebut menggambarkan hubungan peluang sukses menjawab suatu butir soal dengan kemampuan yang diukur oleh butir soal.
            Kurva karakteristik butir dinyatakan dengan 3 fungsi matematika yang menghasilkan model logistik 1 parameter, 2 parameter, dan 3 parameter. Model logistik 1 parameter dikembangkan oleh Rasch tahun 1966 dan dilanjutkan oleh Wright(Hambleton dan Swaminathan,1985). Parameter suatu butir merupakan tingkat kesukaran butir dengan daya pembeda dianggap sama dan coba dianggap sama dengan 0.
Model logistik dengan tiga parameter menyatakan bahwa kemampuan seseorang tercermin dari tingkat kesukaran butir, daya pembeda, dan pseudoguessing. Dengan tiga model tesebut kemudian dikembangkan perhitungan dengan berbantuan komputer bagaimana cara menentukan kualitas suatu butir soal baik dengan model logistik dengan satu parameter, dua parameter, maupun tiga parameter.
            Kelebihan dari analisis butir soal yang mendasarkan diri pada teori respon butir yaitu mampu memberikan perhitungan yang akurat terhadap skor akhir yang diperoleh dua orang testi berbeda sebarannya meskipun banyaknya skor yang benar di antara mereka adalah sama.
            Meskipun pendekatan secara klasik memiliki kelemahan dibandingkan dengan pendekatan dengan pendekatan berdasar teori  respon butir, namun pendekatan dengan teori respon butir memerlukan jumlah testi yang besar (minimum 500 orang) untuk uji cobanya.

Mas, tambahi seng hal 59 yo, kurang seng nmer 2
B. Analisis Hasil Tes dan Tindak Lanjutnya
            Bagi siswa, hasil tes yang diselenggarakan oleh guru mempunyai kegunaan yaitu:
1.      Dapat mengetahui apakah ia sudah memahami bahan yang disajikan guru.
2.      Dapat mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga ia berusaha mempelajarinya sebagai upaya perbaikan.
3.      Dapat menjadi penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan untuk belajar lagi.
4.      Dapat menjadi diagnosis siswa.
Agar dapat memanfaatkan hasil ujian secara efektif, perlu dilakukan analisis terhadap hasil ujian yang telah dicapai siswa. Caranya dengan membuat tabel spesifikasi yang menunjukkan konsep/subkonsep atau tema/subtema kemampuan dasar mana yang belum dikuasai siswa.
Contoh: tabel spesifikasi hasil tes analisis hasil tes mata pelajaran Biologi
Nama: Fredi                                                           Kelas: IA
Kemampuan Dasar
Jumlah butir
Jumlah yang betul
Persen pencapaian
Penguasaan
Keterangan
1.     Mendeskripsi keterampilan dasar dan keterampilan proses sains.
20
15
75
V
Menguasai seluruh keterampilan proses IPA berupa metabulasi data, membuat grafik, dan memaknakan tabel/grafik, tetapi belum menguasai proses IPA dalam hal melakukan inferensi, prediksi, dan menentukan variabel bebas dan variabel terikat.
2.     Mengenal langkah-langkah pemecahan masalah melalui metode eksperimen (percobaan).
30
15
50

Hanya menguasai kemampuan merumuskan tujuan dan manfaat percobaan, menentukan treatment dan menentukan kelompok kontrol. Belum menguasai kemampuan merumuskan persoalan, memilih hal-hal yang harus dimuat dalam tinjau pustaka, merumuskan hipotesis, dan menyiapkan tabel hasil percobaan.
Standar Keberhasilan: batas penguasaan 75%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar