Rabu, 19 Desember 2012

PON Sudah Berakhir tapi Masih meninggalkan Bekas

   Pada bulan september yang lalu Pekan Olaraga Nasional ( PON ), sudah berlang di kota bertuah, walaupun perayaannya yang sangat meriah, tapi bangunan sarana olaraga yang di bangunan tidak sampai 100% siap. Seperti yang kita lihat lapangan Pisbol yang saat pertandingan berlangsung masih ada para kerja yang melakukan aktivitas sebagaimana yang mereka lakukan. Secara tidak langsung kita malu melihat semua itu, jadi para pemerintah tidak sepenuhnya siap dalam melangsungkan olaraga tingkat nasional. Terkhusus kepada tuan rumah yang belum siap dalam memberikan pelanan yang optimal, disamping itu masih ada juga para atlet yang tinggal dirumah wargar. Belum lagi kisruh dunia olaraga kita yang dimata dunia yang sangat jauh merosot kebawah, dahulu kala negara kita sangat diperhitungkan untuk negara-negara tetang, sekarang jangankan di perhitungkan kita aja di pandang sebelah mata.
     Semua itu bukan kesalahan para atlet, tapi kesalahan yang dilakukan oleh para pembina atlet terseut, belum lagi konflit internal yang terjadi antar pejabat dalam satu institusi tersebut, sehingga dampak yang kita rasakan pada saat ini pada atlet kita. Secara tidak langsung itu akan menjadi beban psikologis para atelet dan tidak optimal dalam menjalani suatu pertandingan. Semua itu sudah terbukti dari beberapa cabang olaraga yang kita saksikan seperti Olimpiade di Landen, Sepak bola di Malaysia, sementara yang menagangkat penderah merah putih di negara lain adalah olaraga.
     Sangat di sayangkan kalau konflik ini berlangsung efeknya pada generasi muda kita yang sekarang sedang marak-maraknya menggalakkan dunia persepak bola ditanah air. Saya sangat berharap kerendahan hati para pemimpin kita dalam intropeksi diri untuk memperbaiki citra kita di mata dunia, terutama dunia olaraga kita. Tetap semangat generasi muda kalau jadi pemimpin janganlah seperti yang sekarang tapi seperti bapak jokowi yang selalu mengutamakan Rakyat.

Minggu, 09 Desember 2012

Sukses Hak Setiap Orang

      Dalam setiap orang berhak untuk memilih dari setiap apa yang inginkan. Berbagai cara yang dilakukan dalam meraih semua itu, tak jarang orang berlaku curang dalam memperoleh semua itu. Setiap orang yang menjalani pendidikan di jenjang yang lebih tinggi maka, angan-angan yang di miliki selalu tinggi. Tapi banyak juga yang tidak berhasil walau mereka sudah menjalani pendidikan yang tinggi, seperti yang kita lihat, mereka itu banyak yang lulusan sarjana tapi tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan.
      Pada akhirnya mereka jadi prustasi, dan mereka lepas kontrol sehingga mereka menjadi orang yang meresahkan warga setempat. Sementara semasa mereka kuliah mereka itu sama dengan kita yang memiliki sejuta cita-cita yang juga mereka dahulu sudah merencanakannya. Itulah nasib yang tidak bisa kita tebak, terkadang kita menemukan semuanya terkadang kita hanya bisa mengikuti tampa tahu dimana batas perjuangan kita.
     Di samping itu perhatian pemerintah yang kurang serius dalam mengatasi yang menimpa generasi muda kita. Ini merupakan PR para pemerintah, yang sampai saat ini belum ada realisasinya...... Kasihan bukan itulah zaman yang kurang perduli dengan apa yang menimpa orang lain.

Jumat, 07 Desember 2012

Kenangan Masa Dahulu

         Waktu terus berlalu, dan berbagai aktivitas yang kita buat. Dan tampa terasa waktu yang kita pakai seakan akan berlalu bila kita tidak dapat memanfaatkannya dengan sunggu-sunggu, kadang dimasa kita muda kita tidak dapat memanfaatkan hal yang paling sekecil menjadi sesuatu yang berharga. Sehingga tidak sedikit generasi muda yang menyesal tentang hal ini, sehingga bila masa tua mereka datang mereka akan berbuat seperti anak ABG.
         Hal ini yang kekwatiran muncul dari beberapa pandangan, sehingga tidak dapat dielakan banyak yang dalam menata keluarganya menjadi berantakan, cerai antar suami dengan istri. Penyebab utama adalah dimasa muda duluh terjadi ketidak puasan dalam menikmatinya, sehingga jiwa penasan tibul dalam dirinya agar mencoba hal itu. Di samping itu peran orang tua terhadap anaknya dalam bergaul yang kurang diperhatikan. Ditambah lagi zaman yang serbah canggi, anak mudah sekarang dapat berkomunikasi lelalui internet, dan mereka yang tidak menikmati waktu zaman muda mereka ikut dalam mengambil bagian, sehingga menjadi konflik dalam rumah tangga mereka.
     Berdasarkan pengalaman yang saya lihat dilingkuangan tempat saya bernaung, konflik yang timbul dalam satu rumah tangga kebanyakan akibat dari penyalagunaan internet sehingga timbul rasa cemburu dari pihak yang merasa dirugikan, sehingga konflik muncul karena hal yang sepeleh saja. Saya kwatir untuk 10 tahun yang akan datang, zaman yang sekarang ini, generasi yang sudah dibekali oleh budaya, agama serta peran orang tua, bagaimana kalau semua itu tidak ada, apakah mereka sanggup melalui semua itu.