Senin, 25 Juni 2012

Auto Biografiku

Nama            : Kalius                                                
Kelas             : 4E
Mata Kuliah : Menulis Lanjut
Tugas            : Auto Biogrfafi
Dari Desa Berbakal Cita-cita

            Mentawai, Tanah Kelahiran
            Saya dilahirkan di Mentawai, sebuah desa malancan kecamatan siberut utara, tanggal 28 Maret 1988. Ayah saya bernama Mateus ( Alm ) dan ibu saya Arianna Murni. Kedua orang tua saya bekerja sebagai petani kelapa demi kelangsungan hidup kami sekeluarga dan memenuhi kebutuhan.
            Saya adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara secara berurutan: Eti Natalia, Helentina, Kornalius, Joni, Kalius, Carlis Nandito, Helperia Hastrid Debora. Dari ketujuh bersaudara empat di antaranya sudah berkeluarga. Etina Natalia menikah dengan Charles ( Batak ),Helen Tina menikah dengan Paluas (Nias ) dan dikaruniakan dua orang anak Rido dan Anisa, Kornalius menikah dengan Sri ( Jawa ) dan dikaruniakan satu anak perempuan yang diberi nama Helpiana Saskia, Joni menikah dengan Nurianti ( Mentawai ) yang baru menikah tahun yang lalu, tanggal 4 Desember 2011.
            Saya lahir di tengah keluarga yang sederhana, dahulu kata kakak-kakak saya kami dahulu seorang pedangang, dan kami sangat sukses semua itu hanya berjalan beberapa tahun saja, apalagi ayah saya hanya lulusan SD yang kurang tahu bagaimana cara memutarkan bailkkan modal agar bertahan lama. Belum lagi persoalan persaingan yang semakin kuat, sehingga usaha ayah saya jatuh  bangkrut, dan kami harus memulai hidup mulai dari bawah, ibu saya yang dahulu yang kerjaannya hanya berdagang, sekarang harus membanting tulang dengan bekerja di ladang.
            Mentawai adalah kabupaten yang baru disumatera barat, yang mana dahulu kabupaten ini bergabung dengan kabupaten padang pariaman, setelah ada peraturan perintah tentang pemekaran wilayah, maka diadakanlah sosialisasi pemerintahan setempat untuk membentuk kabupaten yang baru yang di tetapkan mentawai sebagai kabupaten yang baru, yang tepatnya di daerah sipora desa tuapejat. Maka setelah ada keputusan yang dikeluarkan oleh Mendagri maka diadakan pemilihan bupati pertama kali dikabupaten ini, yang mana yang terpilih pasangan Edison Saleleubaja dengan Aztarmizi. Penghasilan yang terbesar dikabupaten ini adalah hasil pertanian dan nelayan. Penduduk mentawai 50% bekerja sebegai petani, 30% bekerja sebagai nelayan, 10% pegawai dan 10% wirausaha.
            Kabupaten kepulauan mentawai terkenal dengan, wisata yang baik dimata dunia sehingga banyak kalangan turis yang datang dari berbagai belahan dunia untuk bermain slancar dimentawai. Wisata yang sampai saat ini membuat kabupaten ini memperoleh pendapatan yang lumayan besar, ditambah lagi perusaha kayu yang sejak dahulu sudah ada dimentawai, sehingga menambah pendapatan kabupaten ini. Penghasilan kabupaten dari sektor pertanian yang sangat berpotensi dari kelapa, dari zaman dahulu penduduk ini, sangat membudi dayakan tanaman kelapa bagi setiap penduduk mentawai, sehingga tak jarang bila kita melihat dari kelajuhan pulau mentawai dikelilingi oleh pohon kelapa dipinggiran pantai. Di tambah lagi APBD mentawai yang besar, sangat menunjang pembangunan di mentawai.
Sikap Disiplin Dari Diri Saya
            Kedua orang tua saya, selalu memberikan nasehat kepada kami semua agar slalu menanamkan sifat disiplin, dan tidak bergantung pada orang lain, dituntut mandiri. Ayah saya yang selalu memberikan motivasi kepada kami teruma kepada anak laki-laki agar selalu bekerja keras, karena laki-laki itu adalah tulang punggung kelaurga, dan selalu memberikan contoh terbaik kepada kami. Sosok ayah kami adalah pekerja keras, beliau pergi kebun pukul 05.00 subuh dan pulang pukul 18.00 malam, melihat seperti itu, kami sebagai anak sangat kagum melihat sosok orang tua yang pekerja keras.
            Ayah saya hanya lulusan sekolah dasar, dan beliau lebih sering pergi merantau ke daerah lain, sehingga tak jarang banyak orang yang mengenal beliau. Dimasa hidupnya dia sosok yang tegas, bagi adek-adeknya dan selalu ingin berbagi dengan orang lain tampa membedakan ras, warna kulit dan agama.
            Saya menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN 06 Malancan tahun 2003, dengan perjuangan yang tidak ternilai hargarnya saya lakukan, demi mendapat ijazah dua lembar. Bentuk perjuangan yang saya lakukan untuk memperoleh ijazah dua lembar sangat besar, mulai dengan tinggal dikebun dengan orang tua, dengan jarak tempu 80 km dari desa saya. Untuk memndapatkan ilmu saya harus bekerja ektra kuat, dengan bangun pagi dan naik sampan, dengan kedua abang saya, dingin, panas, badai kami tempu bersama-sama demi mendapatkan segumpal ilmu pengetahuan. Karena tidak kuat menampung beban itu, maka saya memutuskan tidak sekolah, dan memiliki tinggal dikebun dengan orang tua saya. Selama dua tahun saya tidak sekolah, rasa jenuh dan bosanpun tiba, melihat kondisi saya seperti itu maka orang tua saya memutuskan untuk pindah kekampung dan menetap disana agar saya bisa sekolah. Maka melihat teman-teman saya, yang slalu bangun pagi dan berangkat sekolah bersama teman-teman yang lain maka saya memintak kepada orang tua saya agar sekolah lagi. Enam tahun lamanya saya bergelut dengan buku, menuntut ilmu di SD N 06 malancan.
            Semasa saya sekolah di SD, saya memiliki seorang guru yang sangat cantik. Saya sangat kagum dengan ibuk itu, nama guru saya Sri  Astuti, dia itu campuran mentawai  dengan jawa, kami berdua sangat kompak, kebiasaan kami berdua, sesudah kegiatan sekolah selesai kami pergi kekebun milik bapaknya yang tak lain beliau juga guru di sekolah saya. Guru saya itu, sangat perhatian dengan saya, dan  kami juga sama-sama mengambil air di sungai, saya juga di ajarkan menari, jadi setiap ada perayaan natal saya dan teman-teman yang lain menari atas  nama perwakilan sekolah. Hal yang paling saya ingat dalam menari adalah saat kami menari berpasang-pasangan, kakak-kakak saya sangat tertawa waktu kami menampilkan tarian itu, dan  saya sangat di ledekin dengan kakak saya, dan ibu saya selalu memberikan saya semacam motivasi.
            Waktu saya kecil, saya sangat menggemari yang namanya olaraga, teruma tenis meja dan bola voli. Olaraga itu menjadi favorit saya, sangging cintanya saya terhadap olaraga itu saya slalu giat belajar dengan guru sekolah saya, yang sekaligus paman saya untuk mengajari saya bermain tenis meja dan bola voli. Kecintaan saya terhadap, saya tunjukkan dengan mengikuti perlombaan antar sekolah tepatnya waktu itu hari anak nasional, dimana sekecamatan siberut utara mengikuti lomba itu yang diselenggarakan oleh pihak yayasan YBS. Sekolahku waktu itu diundang untuk menghadiri perlombaan itu, dan kami berjuang keras untuk mendapatkan tropi dalam bidang olaraga bola voli. Perlombaan yang dipertandingkan waktu itu antara lain; volly, sepak bola, takraw, tarik tambang, pacuk lari, pacu karung, dan tenis meja tingkat SMP dan SMA.
            Sore itu, tim saya menang bermain bola kaki melawan SD Fransiskus, dan kebetulan guru saya itu sangat hobi dengan olaraga tenis meja yang diperlombakan dengan tingkat SMP dan SMA. Saya waktu itu tidak ada niat untuk ikut lomba itu karena diperuntukan untuk SMP dan SMA saja, ternyata guru saya diam-diam sudah mendaftarkan nama saya untuk ikut lomba itu, dan saya kaget waktu itu saya dipanggil teman saya untuk mengikuti loma itu, yang paling lucunya saya yang paling kecil mengikuti lomba itu, baik dari segi pendidikan maupun dari segi postur tubuh. Lawan saya itu orangnya kelas dua SMP dan tinggi dan tertawa melihat badan saya yang kecil, dan menganggap enteng saya, setelah saya bermain tenis meja, dia heran dan penonton gembira melihat talenta yang saya miliki itu, yang paling mengherankan lagi saya memenangkan pertandingan itu. Guru saya sangat bangga mendengar berita itu.
            Perlombaan berikutnya saya berhasil masuk final untuk meperubutkan juara satu dan dua, dan yang paling tidak bisa saya lupakan waktu itu, lawan saya SMA kelas tiga dan dia atlet lari tingkat kabupaten. Saya gugup mendengarkan berita itu, dalam hati yang paling dalam saya akan kalah dibuat abang itu, dengan semangat yang bergebu teman-teman saya dari SDN 06 Malancan datang sacara kompak untuk memberikan semangat, begitu juga dengan penonton yang hadir sangat rame termasuk anak-anak SMP datang menonton. Ketakutan saya bertambah besar melihat keramaian itu, dan teman-teman saya sangat berharap kepada saya, dengan berkat Tuhan saya menang dalam pertandingan itu dan berhasil membawa tropi atas nama sekolah saya SDN 06 Malancan.
            Persiapan yang kami lakukan dalam mengikuti lomba itu tidak sia-sia, dan berbuah manis sekaligus mengharumkan nama sekolah kami dimata sekolah yang lain. Disamping itu saya juga mendapat teman yang banyak dari sekolah yang lain, dan selalu bertukar informasi dengan yang lain. Saya juga berhasil mendapat juara dua pacu lari, dan mendapat hadiah sepatu, ayah saya dan ibu sangat bangga mendengar berita itu.
Perjuangan yang Tak Terhingga
            Ujian SD sudah berakhir, dan kami menunggu hasil akhir perjuangan kami selama enam tahun dibangku sekolah dasar. Hasilnya keluar dan dinyatakan kami semua lulus dengan baik, teman-teman saya pada sibuk dengan orang tua mereka, karena akan melanjutkan sekolah ditingkat pertama atau SMP, saya terdiam karena saya sadar, bahwa orang tua saya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan saya kejenjang yang lebih tinggi. Saya terpaku dalam kesedihan, waktu pendaftaran tiga hari lagi akan ditutup, ayah saya juga sediah melihat saya, yang slalu murung, begitu juga dengan ibu saya, yang slalu berkata pada saya “ sabar nak, bapak dan ibu sangat besar sekali niat kami untuk mengyekolakan kamu, tapi kita tidak memiliki uang. “
            Mendengar ucapan ibu saya yang seperti itu, saya menangis dan tidak mau pergi kemana-mana karena malu pada teman-teman yang sibuk untuk membicarakan tentang sekolah mereka yang baru. Ayah saya tidak tegah melihat saya yang slalu murung, dan saya tidak tahu dari mana sumber uang itu, tiba-tiba ayah saya memanggil saya, dan berkata “ nang, hari senin kita pergi daftarkanmu untuk sekolah SMP, mendengar berita itu, sekan saya tidak percaya. Hati saya sangat senang, mendengar berita itu, dan ibu saya senang sekali, hari senin pun tiba, dan saya beserta ayah saya pergi kesikabaluan untuk mendaftarkan saya, ayah saya sangat senang, dan saya tahu bahwa orang tua saya tidak memiliki uang untuk menyekolakan saya, saya dan ayah saya berjalan kaki, dengan jarak delapan kilometer yang kami tempu, dengan terik matahari yang begitu panas, yang dari kampung kami naik sampan, semua itu demi mempeloh pendidikan.
            Uang ayah saya waktu itu, hanya tiga ratus ribu, membeli buku dan seragam saya uang itu habis, ditambah lagi uang asrama yang mesti saya bayar, belum lagi uang untuk jajan saya sekolah. Untung saja saya mendapat bantuan dari yayasan sebesar dua ratus lima puluh, dan uang SPP sekolah saya dibayar pihak yayasan karena saya mendapat beasiswa. Sorenya, ayah saya pulang kekampung saya, dan saya tinggal untuk sekolah. Waktu itu saya menangis karena ayah saya akan pergi dan meninggalkan saya sendiri diasrama. Satu tahun lamanya saya menjalani hidup diasrama, hal yang paling tidak bisa saya lupakan waktu diasrama, saat saya mendapat tugas memasak. Waktu saya SD, saya tidak ada sejarah memasak di rumah, karena tinggal diasrama harus ditutut mandiri, maka saya ditugaskan memasak ikan, saya bingung untuk memasak ikan bagamana caranya agar ikan bisa saya masak, dengan rasa takut saya memberanikan diri agar dapat menyelesaikan tugas saya, ternyata yang saya masukkan dalam kuali itu minyak tanah, yang saya anggap itu minyak manis, ibu pengawas saya marah besar sama saya, dan teman-teman saya pada tertawa, melihat kesalahan yang baru saya lakukan.
            Malampun  tiba, dan waktupun terus berlalu, saya sudah kelas satu dan mau masuk semester dua, kabar burungpun datang dari yayasan, bahwa asrama kami akan ditutup, teman-teman semua pada bingung untuk tinggal dimana, mereka sibuk mencari tempat kesana kemari. Saya tidak bisa berbuat banyak, saya langsung mengambil sikap untuk mengirim surat kepada orang tuaku dikampung. Mendengar kabar itu, orang tua saya bingung dan tidak bisa memberikan jawaban yang pasti pada saya, karena kami tidak memiliki saudara ditempat saya sekolah, yang paling menyedihkan lagi saya terancam akan berenti sekolah, saya sangat sedih, tiba-tiba sore hari ayah saya datang dengan naik ojek, dan kami sama-sama tanya kesana kemari untuk tempat tinggal saya, ternyata perjuangan kami tidak membuahkan hasil. Pihak yayasan memberikan kami tenggang waktu dua sampai tiga hari agar mencari tempat tinggal baru, ternyata asrama kami yang tempati sekarang yang mau beli adalah pengawas  kami itu, dan dia dapat jabatan di kantor dinas ranting, beliau ini mencari anak yang mau tinggal dirumahnya, sekalian membantu-bantu pekerjaan rumahnya.
            Seangkatan kami lulusan SD, ada sepuluh orang dan lima laki-laki dan lima perempuan, dan waktu itu kami semua melanjut semua kejenjang sekolah menengah, tapi yang paling saya sayangkan pada teman-teman  yang lain, mereka lebih memilih berhenti sekolah dan mau mencari uang. Mendengar hal itu, saya sangat kecewa dengan sikap yang di tunjukan teman-teman saya, pada hal orang tua  mereka mampu, dan pada hal banyak anak-anak seusia kami yang berpacu untuk mendapatkan pendidikan. Kalau perempun labih memilih untuk menikah, dan laki-laki mereka menjadi preman di kampung, sehingga efek dari yang mereka lakukan banyak anak-anak di desa saya yang putus sekolah akibat ulah yang di tunjukkan oleh kakak-kakak seniornya.
            Melihat kondisi ini, peran orang  tua yang kurang perduli pada  masa depan anak-anak mereka. Orang tua selalu memberikan kepercayaan penuh pada anaknya, pada hal mereka itu butuh masukan dan dorongan agar memperkuat pondasi yang sudah di tanam dalam diri mereka sejak mereka masih kacil. Secara tidak langsung generasi di desa saya menjadi bodoh, sementara persaingan yang terjadi di luar sana sangat ketat. Banyak di anatara mereka yang menyesali semua perbuatan mereka hanya memenuhi keinganan sesaat. Efek yang paling besar kami rasakan di desa saya itu, pembangunan yang tidak merata, semua itu berpengaruh pada SDM yang didesa kami yang kurang berpengaruh di lingkuangan pemerintah.
            Akibatnya, generasi muda di kampung halaman saya, banyak sekali menjadi pengangguran, dan hanya mengandalkan otot untuk mencari makan. Pada hal zaman sekarang ini, mereka mencari makan dengan menggunakan otak untuk mendapat makan. Sampai saat ini masih itu metode yang mereka lakukan, sehingga pembangunan pun lambat di sosialisasikan di kampung saya, belum lagi persoalan tenaga pendidik yang relatif kurang dan sehingga pendidikan yang di dapatkan oleh anak didik hanya sebatas kemampuan guru, dimana seorang guru hanya lulusan SPG, dan tidak ada metode yang baru bagi guru untuk menciptakan kondisi belajar yang baik yang membuat siswa  senang dalam  belajar.
            Pukul 19.00 wib, bapak yang mau beli rumah itu  memanggil saya, dan menyanakan bagaimana perkembangan, apakah sudah mendapat tempat tinggal, atau belum. Dan saya menjawab, belum pak! dan bapak itu secara langsung mengajak saya untuk tinggal bersama dengan mereka dan mengikuti semua  aturan yang dibuatnya. Bapak itu adalah sosok yang disiplin dan memberikan yang terbaik kepada  setiap orang yang ingin maju. Akhirnya sayapun tinggal dirumah bapak itu, dan harus ekstra kerja yang siap tiap saat, karena disamping saya bersekolah, saya  juga bekerja membantu pekerjaan yang ada  dirumah bapak itu. Saya secara pribadi bangga dapat tinggal dirumah pejabat seperti bapak itu, disamping saya mendapat ilmu disekolah, saya juga mendapat pengalaman dengan bergaul dengan  orang-orang besar, seperti kepala sekolah yang dahulunya saya tidak kenal jadi kenal.
            Dengan tinggal dengan pemimpin yang tertinggi di kecamatan kami saya, dan bapak itu banyak sekali kegiatan yang mesti kami lakukan. Dan belum lagi tugas beliau yang super padat sehingga saya ikut serta dalam membantu tugas beliau itu, dan saya juga menjadi supir beliau untuk pergi kunjungan di sekolah yang ada di desa  yang jaraknya sangat  jauh dar kecamatan. Saya sangat senang dengan adanya pengalaman yang saya dapatkan, dan dari sana  saya juga belajar betapa memprihatinkan kondisi pendidikan yang ada di metawai.
            Beliau itu juga banyak berpesan pada saya, bahwa kamu itu harus benar-benar sekolah karena kampung kita masih banyak membutuhkan tenaga pendidik. Pada hal dari SD sampai saya masuk SMP, saya sangat berangan-angan ingin menjadi seorang polisi yang gaga dan pemberani. Semua itu berubah total setelah saya ikut dengan beliau, dia membukakan  mata saya tentang pendidikan yang ada, belum lagi imprastruktur yang belum memadai, sehingga  pendidikan yang ada di mentawai itu belum di bisa di katakan sebagai pendidikan yang layak.
            Kami sekeluarga sudah berusaha mencari solusi obat agar ayah kami lekas sembuh dari penyakit yang dideritanya. Dengan berbagai macama kami mencari cara, hingga dukun kampung kami cari juga tidak kunjung sembuh. Bahkan paman saya sendiri manjadi korban akibat dari  orang yang tidak  bertanggung jawab, karena paman saya itu berusaha mengobati ayah saya, ternyata Tuhan berkehendak lain, sehingga paman saya juga meninggal dunia. Tante saya yang tak lain saudara dari ayah  saya, sangat terpukul dengan keadaan yang menimpa keluarga kami dan  keluarganya. Belum lagi anak-anak tante saya yang masih kecil-kecil mereka masih sekolah, bertambah lagi beban pikiran ayah saya. Akhirnya ayah saya sepakat untuk pergi berobat ke kabupaten tepatnya di desa tuapejat, ibu saya dan adek  saya yang masih kecil mereka pergi bertiga untuk berobat, ternyata hasilnya tidak ada perubahan. Ibu saya tidak pernah putus asah  terhadap perjuangan yang dilakukan demi kesembuhan ayah saya, dan merekapun kembali kekampung halaman saya, dan mencari ahli tabit yang ada.
            Ayah saya sudah mulai kurus, seluruh badanya mulai mengecil, dan kami hanya pasrah terhadap penyakit ayah saya, kami berharap mandapat mujizat dari Tuhan agar ayah saya lekas sembuh. Waktu itu adek  saya  yang paling bungsu belum tahu apa-apa kerena dia masih kecil, sehingga tak  jarang ayah saya sering memarahinya karena bandel. Walau ayah saya sakit tetap tugasnya sebagai kepala dusun masih di emban, dan ayah saya sangat banyak perjuangan yang di lakukan demi kampung halaman yang kami cintai itu, dan banyak masyarakat yang mengagumkan ayah saya karena sikap yang tegas, pada masyarakat sehingga mereka itu banyak meminta solusi pada ayah saya. Apa lagi paman saya yang seorang guru di kampung kami, paman saya ini selalu meminta ide sama ayah saya tentang bagaimana mencari solusi agar masyarakat itu  mau anak itu besekolah.
            Ayah saya ini, sangat mudah untuk berinteraksi  dengan orang lain. Sehingga banyak orang yang mengenal ayah saya ini, dan guru-guru di kampung saya  banyak yang ker dengan ayah saya, apa lagi ayah saya ini sangat piawai dengan olaraga terutama olaraga bola voli, dan teman-teman yang berbeda  kampung banyak. Ayah dalam bergaul tidak memandang dia itu, kaya atau miskin yang penting cocok baginya. Ayah saya sangat akbrab dengan pak haji yang ada di kampung kami, ayah saya selalu bermain ketempat pak haji, dan dengan kedekatannya itu  kami anak-anak bisa akrab dengan pak haji.
Enam bulan berlalu, dan persoalan tempat tinggal tidak menjadi buah pikiran saya yang memakan waktu yang banyak, dan saya sudah kelas dua SMP, pelajaran dan ilmu makin banyak saya serap karena guru-guru yang rata-rata lulusan UNP, yang salah satu universitas terbaik di kota padang. Orang tua saya, terutama ayah saya, sudah mulai sakit-sakitan dan sayapun sering pulang kampung karena kondisi ayah saya makin parah karen sakit. Ayah saya, sudah sembilan bulan dalam kondisi sakit, dan sudah beberapa rumah sakit, bahkan ayah saya sampai di pekabaru berobat, dan tidak sedikit pula dukun yang mengobati penyakit ayah saya. Tepat tanggal 14 Oktober 2005, ayah dipanggil disisih Yuhan yang Maha Kuasa, dan saya sangat terpukul mendengar berita itu, waktu itu saya sedang mengikuti pelajaran bahasa inggris, tiba-tiba abang dari sepupu saya datang menjemput saya, dan kami pulang kedesa saya, tiba-tiba dalam perjalanan pulang motor kami bocor, akhirnya saya berjalan kaki, dengan jarak tempu tujuh kilo meter.
                        Dua jam saya bergulut dengan waktu, akhirnya sayapun tiba dirumah, sebelum saya sampai dirumah saya disambut sama ibu saya, dengan melihat air mata yang berlinang dipipi ibu saya, secara tidak banyak bicara saya langsung menangis dan tidak kuat melihat kesedihan yang menimpa kami sekeluarga. Pupus sudah harap dan semua cita-cita saya, saya berpikir bahwa, saya tidak dapat sekolah karena kondisi keuangan kami memburuk. Dan kami sekeluarga berkumpul dirumah kami yang sederhana itu, beserta  kerabat yang lain datang dari jauh, berkumpul dirumah. Saya tidak mau berlaurut dalam kesedihan, saya pasrah semua apa yang menimpa kami sekeluarga, saya belajar dari sana bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara saja, dan tidak ada yang abadi yang kita miliki.
            Musibah yang datang menimpa keluargaku, sangat mengundang banyak perhatian dari teman-teman semua, dan saya sangat senang ternyata melihat respon mereka semua. Semangat yang mereka berikan pada saya membuat saya bangkit kembali dari kesedihan yang sedang kasih kami rasakan. Dan sekolah saya juga mengirim perwakilan dari sekolah untuk datang di kampung halaman saya untuk menyampaikan turut berduka cita. Hal yang membuat saya sedih waktu itu, abang saya tidak bisa hadir di tengah keluarga kami semua karena dia di siak dan tidak tahu informasi itu, abang saya sangat terpukul dengan kondisi, dan di tambah lagi keluarganya yang dirundung masalah.
            Satu minggu kemudian, saya memutuskan untuk  masuk sekolah lagi, dan banyak teman-teman yang perduli dengan musibah menimpa keluarga kami. Tiga hari saya masuk sekolah, siang hari datang teman saya dirumah, dan membawa berita yang menyenangan bahwa saya dan beberapa teman-teman yang lain akan berangkat kekabupaten, untuk ikut jambore terumbu karang tingkat kabupaten kepulauan mentawai. Saya sangat senang, dan bahagia karena pihak sekolah  memberikan kepercayaan kepada saya, dan ini kesempatan saya agar memberikan yang terbaik untuk sekolah saya. Itu pertama kali saya keluar dari tempat saya bernaung, dan sepuluh  orang perwakilan itu  lima diantaranya perempuan dan lima laki-laki. Suasana  banyak kali perubahan akibat dari kepergian ayah saya, mulailah sedikit demi sedikat, ibu saya harus ekstra kuat dalam membagi profesi, kepada kedua adek saya masih kecil. Pergi pagi pulang malam mencari nafka, tidak tahu panas atau dinginnya cuacu, yang penting adalah bagaimana anak-anaknya mendapat makan dan tidak memintak-mintak pada orang lain. Saya pun sekolah demi cita-cita saya harus menanggung semua penderiataan, ya maklum aja kehidupan anak kos, yang serba hemat. Belum lagi saya, sepulang sekolah saya harus bekerja dirumah tempat saya tinggal, cacimaki yang saya dapatkan, belum lagi saudara dari bapak yang saya tinggal, orangnya irih hati terhadap orang lain. Saya slalu sabar dalam menjalani itu semua, karena cita-cita saya rela. Dengan kesabaran yang besar, akhirnya saya tamat SMP, dan rencana untuk melanjut pun sudah ada gambaran.
Perjuangan akan menuai hasil
            Tiga tahun saya tinggal dirumah bapak itu, dan saya sudah membicarakan sama kakak-kakak saya dipekanbaru, bahwa saya mau melanjutkan sekolah ditingkat atas di pekanbaru mereka sangat setujuh dengan hal itu. Maka kakakku sudah membicarakan sama suaminya dan abang-abang saya bahwa saya akan sekolah di pekanbaru. Dua hari lagi hasil ujian akan keluar, dan kakak saya sudah berada dalam perjalanan untuk menjemput saya agar bisa sekolah dipekanbaru. Sesampainya kakak saya di kampung bapak yang tempat saya tinggal tidak memperbolehkan saya sekolah dipekanbaru karena sayang tinggal tiga tahun lagi menyesaikan SMA.
            Untuk mendapatkan ijazah di tingkat SMP, bukanlah hal yang mudah, tapi banyak perjuangan yang saya lakukan demi sekolah saya, ibu saya yang sudah mulai tua, dan tidak mampu lagi memberikan saya uang, saya harus memutar otak untuk mendapatkan jajan sehari-hari saya di sekolah. Saya bekerja sambil sekolah, dan banyak lagi yang saya lakukan demi mendapat uang. Saya sadar bahwa ibu saya tidak mampu lagi menyekolahkan saya, tapi dengan niat yang kuat saya harus berusaha mendapatkan ijazah yang dua lembar itu.
            Tantangan hidup yang sangat berat saya rasakan, memaksa saya agar bisa bertahan hidup diperantauan. Belum lagi pekerjaan saya di rumah tempat saya tinggal sangat banyak, dan belum lagi mengadapi sikap anak-anak bapak itu yang sangat bandel, dan keluarganya bapak itu sangat iri dengan saya, tapi saya sangat sabar dalam menghadapi hal itu, sehingga saya mendapat ijazah SMP juga.
            Waktu sekolah pun sudah tiba, dan semua apa yang saya butuhkan untuk masuk SMA sudah dipenuhi oleh kakak dan abang-abang saya, waktu uang masuk saya SMA, bagi dua dengan bapak yang tempat saya tinggal. Waktu itu kakak saya, sangat bisi keras kali untuk menyekolakan saya dipekanbaru, lantaran bapak yang tempat saya tinggal sangat sayang pada saya akhirnya kakak saya mengala. Sudah enam bulan saya masuk sekolah, dan banyak sekali aktifitas yang saya, baik kegiatan sekolah, maupun ekstrakurikuler. Samasa SMA, saya sangat aktif dalam organisasi, baik itu kelas, maupun OSIS. SMA, saya menjabat sebagai ketua kelas, mulai dari kelas satu sampai dengan kelas tiga. Dan menjadi wakil ketua OSIS, kelas dua.
            Satu tahun sudah berlalu, sayapun naik kelas dua semester satu, tiba-tiba bapak yang tempat saya tinggal mendapat panggilan tugas, bahwa bapak itu akan di pindakan kekabupaten. Mendengar hal itu, saya sangat kecewa karena bapak itu sangat memotivasi saya, saya sudah menganggap bapak itu sebagai bapak saya. Kecintaan saya sama bapak itu, saya tunjukkan dengan belajar dengan giat, bapak itu juga banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dari beliau itu, mulai dengan beternak ayam, mengatur keuangan, diajari memasak, bahkan membawa spikboat sayapun diajari. Beliau banyak sekali memberikan pandangan hidup sama saya, dan nasehat-sehat untuk saya, sayapun sudah akrab dengan keluarga bapak itu, setiap saya libur sekolah saya pergi liburan kekampung bapak itu. Dalam liburan kami slalu bekerja diladang, dan setiap kami bekerja kami mendapat upah dari bapak itu, semua itu saya gunakan untuk biaya sekolah. Saya dan teman saya namanya Toni, slalu memberikan yang terbaik untuk bapak itu, bapak itu sangat sayang sama kami. Bentuk kecintaan sama kami bapak itu selalu memberikan fasilitas sama kami, dengan membelikan sepeda, buku, dan mengajari kami bertanggung jawab.
            Kelas dua SMA, saya  mencalonkan diri sebagai wakil ketua OSIS. Sayapun terpilih sebagai wakil ketua OSIS, dan banyak sekali kegiatan yang kami harus kerjakan dan membuat program-program baru agar memberikan spirit baru bagi teman-teman yang lain. Belum lagi tugas saya sebagai kepala perkebunan sekolah dan tugas ketua kelas, yang selalu memberikan ide-ide baru untuk merawat taman kelas. Belum lagi menyelesaikan tugas sebagai ketua panitia penerimaan mahasiswa baru. Tahun 2007, kabupaaten kami selalu memanggil perwakilan kecamatan untuk mengikuti kegiatan paskibraka, dan sekolah diberikan kepercayaan kepada kami agar mengirim 5 orang berpangsangan untuk kegiatan paskibraka di kabupaten. Pihak sekolah memberikan kepercayaan kepada saya agar mengikuti kegiatan  itu, dan saya sangat senang menyambut berita itu, dan ini kesempatan saya agar dapat mengenal daerah lain selain tempat saya menuntut ilmu.
            Sayapun lulus dalam seleksi itu, saya sangat senang dan ibu saya sangat bahagia mendengar hal itu. Pengalaman yang saya dapatkan tak  ternilai harganya, tapi perjuangan saya dan tim untuk menaikan benderah merah putih harus mengeluarkan darah, belum lagi panasnya terik matahari yang selalu menjadi tantangan kami setiap hari. Waktu itu ada lima kecamatan yang diundang, dalam penyelenggaraan perayaan 17 Agustus 2007, 30 hari kami latihan, dan selama itu juga saya harus berpanasan, belum lagi sikap disiplin yang harus diterapkan dalam latihan. Kegaiatan yang kami lakukan dalam setiap hari, tidak lepas dari pengawasan pihak pelatih, dan pelatih kami berasal dari instansi kepolisian dan TNI, mereka slalu menjaga kami.
            Sisih yang baik selalu saya petik dari setiap kegiatan yang saya ikuti, biarpun saya harus kepanasan tapi saya senang, karena dengan mengikuti kegiatan itu saya mendapat teman yang banyak. Belum lagi saya juga berkesempatan untuk mengenal pejabat tinggi kabupaten saya dengan secara dekat, dan belajar tentang kepedulian terhadap sesama. Sungguh hal yang paling menyenangkan dalam hidup saya, dan tidak semua orang mendapat pengalaman yang berharga itu, dan banyak juga teman-teman yang ingin ikut kegiatan itu, lantaran mereka tidak memenuhi persyaratan yang sudah di tentukan, akhirnya mereka tidak ikut dalam kegiatan itu.
            Hidup saya selama satu bulan, sangat disiplin dan bertentangan dengan kegiatan saya sehari-hari di rumah, makan, mandi, pake baju, tidur, semua diatur saya dan teman-teman hanya bisa berbuat sesuai dengan keinginan pelatih kami. Dalam tim sangat di butuhkan yang namanya kerja sama, walau kita baru mengenal satu dengan yang lain, tapi kita harus kompak. Jadi waktu kami sedang di asrama, ada teman-teman kami yang keluar malam dan tidak izin dengan pelatih, besoknya kami di tampari dan diberi hukuman pus ap  sebanyak 100 kali, dan tamparan itu, kiri kanan dari pipi kami. Waktu itu, kami semua tidak tahu apa kesalah kami yang kami perbuat, setelah di jelaskan bahwa ada teman-teman kami yang tertangkap main pacaran, dan efek dari satu yang berbuat kami semua kenak batunya. Saya dan teman-teman hanya bisa pasrah dengan semua yang menimpa kami, dan belajar dari kesalahan yang kami perbuat.
            Kegiatan demi kegiatan kami lalui, dan kami bekerjasama dan mencapai sesuatu demi negara yang kita cintai. Peran bapak wakil bupati Yudas Sabagalet sangat memberikan kami semangat agar kami selalu bersiap optimis, dan sukses dalam melakukan tugas negara yang sudah dibebankan pada kami. Antusias masyarakat di tepat kami latihan itu, sangat besar karena mereka semua sangat mendukung kami untuk tetap semangat, dan kami setiap hari harus mengikuti semua apa yang di perintahkan oleh pelatih kami.
            Tapi ilmu, baris-berbaris saya dapatkan sangat banyak. Walaupun tidak sedikit pengorbanan yang kami terima tapi pengalaman yang kami dapatkan waktu latihan sangat berguna bagi kami kedepannya. Banyak kejadian yang kami alami selama dikarantinakan lebih kurang satu bulan satu minggu, dan banyak juga kami dapatkan teman yang baru berbeda tempat asal da menjadi teman. Saya secara pribadi sangat senang dengan kegiatan ini. Kita bisa berbuat untuk negara yang sama-sama kita cintai, dan berbagi pengalaman dengan orang lain itu hal yang terindah dalam hidupku. Berkat dari kegiatan itu, sampai saat ini, saya masih bisa berkomunikasi dengan teman-teman saya, yang kuliah di padang. Setelah kegiatan pengibaran sang merah putih, kami mendapat tempat yang sangat menyenangkan dari bapak bupati kepulauan mentawai yaitu undangan makan malam di pendopo. Kata teman-teman yang lain, tidak sembarang orang yang dapat hadir di trmpat itu, hanya orang-orang tertentu saja, dan saya mendapat keberuntuangan itu.
            Dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten, saya sebagai anggota yang melaksanakan kegitan itu, sangat bersyukur karena ilmu yang kami dapatkan itu tidak semua siswa yang tahu. Saya di sekolah saya adalah angkatan yang pertama mengikuti kegiatan itu, besar sekali jasa para guru saya agar saya bisa mempromosikan sekolah saya. Waktu itu, sekolah yang termuda di kepulauan mentawai, sangking mudanya sekolah saya, saya angkatan ke tiga yang lulus dari SMA N 1 sikabaluan, dan banyak pejabat yang mengunjung sekolah saya, karena satu-satunya sekolah yang berada di tepi pantai, dan memiliki taman sekolah
            Kebiasaan masyarakat indonesia, yang setiap ada perayaan tidak terlepas dari kegiatan baik hiburan bahkan lomba olaragapun di selenggarakan. Kebetulan pelatih kami itu, sangat gemar yang namanya olaraga tenis meja, dan teman-teman yang satu tim dengan saya, mereka tahu bahwa saya memiliki talenta dalam bidang tersebut. Maka dari itu, pelatih kami mengajak saya ikut perlombaan itu, saya sangat gugup karena yang saya lawan semua adalah pejabat-pejabat kabupaten. Saya itu segan, karena saya hanya orang kampung yang berusaha hidup sejajar dengan mereka pejabat kabupaten. Dengan perjuangan demi perjuangan saya lakukan, akhirnya saya berhasil masuk final, ternyata teman-teman anggota paski nonto saat saya lomba, besoknya saya dalam latihan banyak yang  minta untuk di ajari bermain tenis, saya jadi tidak enak, masalah sedikit jadi dibesar-besarkan.
            Finalpun sudah tiba, saatnya perebutan juara satu dan dua, saya dek-dekan. Pelatih saya yang memberikan saya supot agar selalu tenang. Dan lawan saya yang terakhir seorang guru, bapak itu mengajar di SD N tuapejat. Beliau itu sangat mahir dalam bermain tenis meja, dan ada beberapa servisan saya yang tidak bisa bapak itu ambil, dan membuat bapak itu mental, di tambah lagi pukulan saya yang agak mematikan gerak-gerik lawan. Berkat Tuhan saya memenangkan pertandingan itu dengan permaian 3-2, saya sangat senang dan merasa bangga karena mendapat  tropi. Mendengar kabar itu, kepala sekolah saya, sangat bangga dengan hal itu, di samping ikut kegiatan paskibra, juga membawa tropi yang membanggakan sekolah saya.
            Panorama pulau mentawai, yang selama ini digadang-gadangkan saya baru tahu, memang pulau mentawai itu sangat indah, dan  juga banyak pengunjung yang datang dari berbagai belahan dunia untuk bermain surping. Kebanyakan yang datang para turis dari australia, dan mereka tinggal dipulau, dan fasilitas yang mereka miliki di sana sangat lengkap. Dalam satu tahun, para turis mengadakan kegiatan lomba bermain surfing seinternasional dan di adakan di mentawai, dan itu sudah menjadi kegiatan rutinitas para turis, dan tidak sediit para turis yang hadir. Melihat hal itu, saya sangat bangga memiliki kabupaten yang mampu merekrut para turis, dan mereka beta tinggal di mentawai, dan tidak sedikit pula diantara mereka yang menika dengan penduduk mentawai, seperti belanda, jerman dan prancis.
            Besoknya kami pergi bertamasyah, di salah satu pulau wisata di mentawai. Kami banyak sekali kami temukan bule yang mandi-mandi dengan pakaian yang sangat seksi, dan kami bayar kalau masuk daerah itu. Tempatnya sangat bagus, dan ada villa-villa yang tempat kita istirahat. Dan pelayanan pun sangat baik, yang paling saya suka dari semua itu ombaknya yang besar dan main slancar atau surving. Rasa capek yang kami alami selama satu bulan, akhirnya kami lampiaskan dengan bermain di laut, dan teman-teman semua sangat bergembira waktu kami sampai dipulau yang kami tujuh. Dalam kegiatan itu, tidak adalagi yang namanya pelatih, semua kami anggap teman, dan disana kami berfoto bersama dengan teman-teman yang lain, karena itu adalah kegiatan perpisahan kami yang terakhir dengan teman-teman yang mau kembali kekampungnya.
            Kegiatan semua sudah selesai, malamnya ada kegiatan perpisahan sesama anggota paskibraka, kami sangat sedih meninggalkan teman-teman, kami menangis dan saling jabat tangan. Sudah satu bulan saya tinggalkan sekolah, banyak mata pelajaran yang saya tinggal, dimana sebentar lagi ujian  semester sudah dekat.
            Tepat, tanggal 26 September 2007 kepala sekolah saya mengundang untuk datang keruangan kerjanya. Saya di tanya sama bapak itu tentang laporan kegiatan paskibra dikabupaten. Saya melaporkan semua kegiatan itu, dan bapak meminta saya agar mengajari siswa-siswa yang lain tentang paskibraka disekolah saya. Saya menyambut dengan baik hal tersebut. Setiap ada kegiatan yang berbaur dengan gerak jalan saya selalu memandu kegiatan itu. Semua berjalan dengan lancar, dan sayapun konsentrasi sekolah. Ujiannya kenaikan kelaspun sudah tiba, saya ujian lagi dan naik kelas tiga. Teman-teman semua sibuk denga
            Saya sibuk dengan kegiatan diluar sekolah, dengan di angkat saya sebagai ketua muda mudi GKPM simalaibaen. Banyak pelatihan yang saya ikuti, belum lagi pelatihan yang di adakan pihak kecamatan, saya juga menjadi wakil dari sekolah saya, materi waktu itu, pemberdayaan tentang lingkuangan hidup. Belum lagi menyambut bupati kepulauan mentawai di sekolah saya dengan tema bahaya narkoba. Semua saya jalani dengan penuh dengan semangat, tidak mengenal lelah.
            Belum lagi persoalan ekonomi yang saya hadapi, persaingan hidup semakin ketat, belum lagi uang yang kirim sama ibu saya hanya 5.000 dalam satu minggu, melihat kondisi ekonomi saya, saya tidak menjadi kendor, saya hanya bisa berjuang demi sebuah cita-cita, ibu saya hanya seorang diri, maklum ibu saya seorang nelayan laut, modal hanya tekat dan doa, sedikit demi sedikit ibu saya mengumpulkan uang demi masa depan anak-anaknya. Saya sangat bangga kepada ibu saya, yang slalu berjuang demi masa depan anak-anaknya, dan tidak minder sama teman-teman dengan kondisi saya, saya tidak pernah mengeluh hanya dapat berdoa sambil berjuang.
            Akhirnya saya naik kelas tiga, dan sebentar lagi menyambut perayaan 17 agustus 2008, dan bulan enam pun sudah tiba, saya dipercayakan lagi pihak sekolah untuk mewakili kabupaten kepulauan mentawai untuk berangkat keprovinsi sumatra barat mengikuti seleksi paskbraka tingkat nasional dan provinsi, tepatnya di kabupaten solok kampung Mendagri kita sekarang ini, bapak Gamawan Fauzi, saat itu beliau menjabat sebagai gubernur sumbar. Daerahnya dingin, dan kami sangat disiplin untuk melakukan aktifitas kami. Satu minggu saya di sana, dan sebanyak empat puluh kabupaten dan dua puluh kota yang hadir dan masing-masing lima orang perwakilannya. Saya sangat senang mengikuti seleksi itu, banyak pengalaman yang saya dapatkan, dan banyak para orang tua yang membayar agar anaknya bisa masuk anggota paskibraka.
            Persangian pun ketat, hal yang tidak bisa saya lupakan adalah saat saya di suruh bernyanyi dalam bahasa mentawai. Dan menari dengan tarian mentawai, jujur saya tidak mengerti dengan tari daerah saya, dan bapak itu terbahak-bahak tertawa karena saya waktu itu sangat lucu saya membawakan tarian mentawai. Bapak pelatih kami berasal dari manado, badannya tegap dan homoris yang tidak bisa saya lupakan bapak itu sikap di siplinnya sangat ketat, yang paling menarik saat kami makan, sebelum dan sesudah makan harus melapor dan sendok tidak boleh bunyi, dan forsi makan yang di berikan harus habis dan jangan ada yang sisa.
            Saat seleksi, ada hal yang sangat membuat saya senang karena saya ditawarkan masuk dalam organisasi Brimob, waktu itu saya di surati oleh pihak Brimob agar orang tua saya setujuh. Dengan perasaan yang senang saya menyodorkan surat itu sama ibu saya, dan ibu saya tidak setukuh dengan hal itu karena alasannya saya anak satu-satunya yang sekolah. Saya dengan lapang dada menerima keputusan ibu saya, dan sebenarnya  saya sangat terpukul dengan keputusan yang di berikan oleh ibu saya. Ya nasib tidak berpihak pada saya akhirnya niat itu saya buang jauh-jauh dari hidup saya.
            Saya mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, dan sudah bulan tujuh. Sayapun harus berangkat ke kabupaten untuk paskibraka tingkat kabupaten kepulauan mentawai, kami berangkat sebanyak lima pasang, dan saya sebagai penanggu jawab teman-teman yang lain. Pengalaman yang saya dapatkan untuk tahun 2007 dengan 2008 sangat berbeda, waktu tahun 2007 pelatih kami berasal dari Polri, dan tahun 2008 TNI dan Polri, latihan yang kami ikuti sangat ketat. Belum lagi hotel tempat kami tinggal sangat jauh dari kami latihan. Uang yang pas-pasan saja, dalam mengikuti kegiatan itu, saya mendapat teman baru yang namanya Dian purnama sari, dia orangnya baik sekali dan saya pun beta berteman dengan dia.
            Sangat banyak pengalaman yang berharga yang saya dapatkan saat latihan, dan sayapun berhasil mendapat tropi dalam perlombaan 17 Agustus 2009, dan juara satu lagi cabang olaraga tenis meja. Rasa bangga yang terasa waktu itu, dan kami pun menyelesaikan tugas kami sebagai pengibar sang merah putih. Banyak cabang olaraga yang kami ikuti antara lain, voly ball, tarik tambang, tenis meja, bola kaki dll. Dengan adanya pertandingan itu, kami akrab dengan teman-teman yang lain.
            Acara perayaan di tingkat kabupaten sudah kami selesaikan dengan baik. Saatnya kami kembali ke kecamatan kami masing-masing, dan esok harinya kami berangkat, dalam perjalanan kapalnya rusak dan cuaca saat itu tidak bersahabat, ombak yang besar pun datang mengantam kapal kami, untung ada spikboat yang datang memjemputkami. Dan kami memutuskan untuk naik spikboat untuk menuju ke kecamatan dan saat itu badai dan ombak sangat kencang, pakaian kami basah semua, belum lagi perjalanan kami sangat jauh, teman-teman sebagian banyak yang nangis akibat terjangan ombak. Untungnya supir kami sangat berpengalaman dalam memainkan ombak, akhirnya berkat Tuhan kami samapai tujuan dengan selamat.
            Keesokkan harinya, kami disuruh kumpul dengan guru kami, untuk bercerita tentang pengalaman dari yang kami dapatkan. Saya yang bercerita kepada teman-teman semua, teman-teman saya sangat antusias tentang pengalaman yang kami dapatkan. Dan saya di percayakan untuk melatih adek-adek junior kami dalam PBB, dan mereka sangat semangat dalam mengikuti latihan itu, saya sangat senang karena dapat melatih mereka dalam PBB, dan perjuanagan yang saya lakukan dan serta panasnya terik matahari yang selama ini saya rasakan sudah membuahkan hasil, dengan membagi pengalaman saya pada teman-teman yang lain.
            Selama saya sekolah di tingkat SMA, saya memiliki teman yang sangat akrab dengan saya namanya Toni, kami selalu berdua dalam melakukan aktifitas, semua itu berawal pertemuan kami di asrama kelas satu SMP, dan akhirnya kami tinggal di rumah bapak angkat saya berdua, dan tugas kami hanya merawat rumah bapak itu, menjaga kebersihan dan kami juga belajar berternak ayam, dan pergi mengambil kayu, di pinggiran pantai muara sikabaluan. Kami juga belajar bawak spikboat karena waktu itu, bapak yang temapat kami tinggal memiliki spikboat, dan saya selalu pergi keluar daerah untuk antarkan bapak itu untuk mengadakan kunjungan di desa-desa untuk melihat kondisi sekolah. Berkat mengikuti bapak itu kemana dia pergi, akhirnya saya banyak kenalan dengan pejabat yang lain. Bapak itu sangat baik dengan saya, sangat banyak sekali jasanya sama saya, saya sudah menganggap bapak itu seperti orang tua saya sendiri, dan sampai saat ini kami selalu berkomunikasi dengan keluarga bapak itu. Banyak sekali bantuan yang mereka berikan pada saya, mulai dari materi hingga masala ekonomi saya mereka bantu.
            Ujian nasional udah di depan mata, sayapun harus mempersiapkan diri dalam mengahadapi ujian akhir saya. Satu minggu lamanya saya mengikuti ujian akhir dan di tambah ujian akhir sekolah, semuanya saya selesaikan dengan baik, dan tidak lepas dari doa ibu saya serta dukungan keluarga saya. Berkat Tuhan saya akhirnya sudah tamat SMA, dan teman-teman yang mampu sudah siap-siap mencari perguruan tinggi di padang. Saya tidak bisa berbuat apa, karena saya sadar bahwa ibu saya tidak mampu menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Ibu saya sangat kasihan melihat saya, dan hanya kesabaran yang modal yang paling saya andalkan. Di kampung saya tidak beta karena teman-teman saya pada sibuk dengan kuliah, saya hanya termenung meratapi nasib, dan kebetulan abang-abang dan kakak saya berada di pekanbaru.
            Akhirnya kakak saya yang anak pertama, mengajak saya untuk tinggal di pekanbaru, dan saya menanggapinya dengan baik. Saya sangat senang dapat tinggal di kota pekanbaru yang penduduknya ramah tamah, dan yang paling saya sukai di kota ini, saling menghargai antar umat beragama. Waktu saya tinggal di jalan sudirman no 502 dekat askes, dan satu tahun lamanya saya tinggal di sana. Selama tinggal di pekanbaru, saya pernah kerja menjadi secury di bank ternama di pekanbaru seperti bank BCA sudirman, bank Ekonomi surya dumai, bank permata dan yang terakhir di kantor CNI jalan harapan raya. Banyak pengalaman yang saya dapat selama berkerja di beberapa bank ternama di pekanbaru. Suka duka yang saya alami dalam dunia kerja saya rasakan. Semua itu saya jalani selama tujuh bulan karena ada konflik dalam lingkuangan kerja akhirnya saya putuskan untuk tinggalkan kerja itu.
            Sayapun tidak bekerja, dan saudara saya yang tinggal di siak sedang membuka perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seperti kerja biro listrik, pekerjaan itu sangat menantang keberanian kita. Apalagi saat musim hujan banyak rumah yang konslet akibat cuaca dan saat seperti itu tenaga kami dibutuhkan. Memang gaji sangat besar, dalam satu hari paling sedikit gaji kami dua ratus bahkan lima ratus ribu per hari, tapi tantangan sangat membahayakan keselamatan jiwa. Walaupun pekerjaan itu sangat berbahaya tapi saya menjalaninya dengan keiklasan, sehingga apa yang saya korbankan membuahkan hasil seprti saat ini saya dapat melanjutkan sekolah saya kejenjang perkuliahan, dan berkat dukungan keluarga saya. Saya sangat senang kuliah di universitas islam riau, banyak teman-teman yang baru saya dapatkan dan saya juga sangat bahagia bisa masuk di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
            Jurusan bahasa memang pilihan yang sangat tepat bagi saya, dengan masuknya saya di jurusan ini, sedikit banyaknya saya mengerti aturan-aturan yang mesti harus kita penuhi dalam menulis sebuah paragraf. Di universitas islam riaulah tempat pelabuhan saya dalam meraih gelar sarjana saya, da besar harapan keluarga saya agar dapat menyelesaikan pendidikan saya ini, silih berganti cobaan hidup yang datang menghampiri saya, tapi dengan keteguhan jiwa saya akan menjelani semua itu penuh dengan keiklasan. Di sini juga saya banyak kenal para dosen yang baik-baik dan selalu memberikan kami motivasi dalam meraih cita-cita, serta dorongan, agar kami lebih giat belajar.
            Sekarang ini saya duduk di tingkat empat, dan tidak terasa saya memasuki semester baru, berkat Tuhan saya masih dalam keadaan sehat dalam menjalani hari-hariku. Saya juga berterima kasih pada kakak saya yang selalu memberikan saya motivasi agar menyesaikan kuliah saya, walau ibu saya jauh di mentawai sana, saya yakin dalam setiap doanya selalu menyebut nama saya, saya akan  berjuang semampu saya agar mendapat gelar sarjana. Pendidikan memang mahal, tapi dimana ada kemauan disitu ada jalan, mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi saya selalu semangat demi masa depa yang cemerlang. Bila dalam hidup ini harus berjuang, dan berusaha maka dari itu kesempatan yang di berikan Tuhan pada saya tidak akan saya sia-siakan, dan menjalankan amat almarhum bapak saya bahwa saya ini harus sekolah, untuk saya, keluarga dan masyarakat mentawai. Mereka semua sangat mengaharapkan keberhasilan saya maka dari itu saya akan memegang kepercayaan itu.
            Saya sangat prihatin dengan, persoalan pemerintah dengan kekurangan guru, dan minimnya guru yang mengajar di daerah-daerah yang terpencil. Mudah-muhan dengan masuknya saya dalam dunia pendidikan, dapat meringankan beban pemerintah, dan menjadi cakrawala bagi kalayak ramai khususnya dunia pendidikan yang membutuhkan guru. Besar harapan saya dapat mengabdikan ilmu yang saya dapatkan agar masyarakat dapat merasakan dan membagikan pengalaman saya dalam dunia pendidikan yang mungkin berguna bagi mareka dan menjadi suatu motivasi tersendiri bagi meraka.
            Bila Tuhan mengizinkan saya untuk menyelesaikan pendidikan saya sampai dengan jenjang S1, maka saya akan melanjutkan pendidikan ke paska sarjana, agar lebih dalam lagi saya menggali dan mengetahui persoalan pendidikan yang terjadi di indonesia yang kita cintai ini. Tapi semua itu sangat berat, dengan keberatan itu saya merasa termotivasi agar sampai pada angan-angan selama ini saya simpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Saya akan menjalani pendidikan ini secara bertahap, dan saya akan berharap kepada semua pihak agar turut mendoakan saya agar mendapat sesuatu yang sudah lama saya idamkan. Kabupaten saya kepulauan mentawai, yang secara kasat mata kita dapat katakan kabupaten yang sangat jauh dari keramaian dan persoalan pendidikan yang masih banyak, belum lagi kualitas tenaga pengajar yang belum memenuhi kriteria yang di tetapkan oleh pemerintah, di tambah lagi imprastruktur yang belum memadai, semua itu menjadi pemacu saya agar cepat-cepat menyelesaikan kuliah saya, karena tenaga saya sangat di butuhkan di kabupaten kepulauan mentawai secara umum dan secara khusus kampung halaman saya.