MAKALAH
PENALARAN
Dosen Pembimbing : Fatmawati, S. Pd
Di Susun oleh Kelompok I
Darni
Dwi Wulandari
Kalius
Riska Novita
Septri Hilda Yenti
Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Islam Riau
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, karena berkat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca tentang masalah penalaran. Makalah ini
berisikan informasi tentang penalaran,
jadi kami harapkan dapat memerikan informasi bagi pembaca tentang penalaran
manusia. Kami sudah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam sistem penulisan
makalah ini, jadi jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun ejaan kata
maka itu diluar kemampuan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta menyusun makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah Swt slalu meridhohi segala usaha kita. Amin.
Pekanbaru, 08 April 2012
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.................................................................................. 1
Daftar Isi
............................................................................................ 2
Bab I Pendahuluan
............................................................................. 3
1.1.Latar
belakang
........................................................................ 3
1.2.Rumusan
masalah .................................................................... 3
1.3.Tujuan
penulisan ...................................................................... 3
Bab II
Pembahasan
.......................................................................... 4
2.1. Bernalar dalam bahasa
........................................................... 4
2.2. Klasifikasi
.............................................................................. 4
2.3. Persyaratan klasifikasi
............................................................ 4
2.4. Proposisi
............................................................................... 5
2.5. Penalaran
.............................................................................. 6
2.6. Kesalahan bernalar
................................................................ 8
Bab III Simpulan dan
Saran ............................................................. 11
3.1. Simpulan
............................................................................... 11
3.2. Saran
....................................................................................
11
Daftar Rujukan
................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau
fakta sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar
itu boleh benar dan boleh tidak benar, disilah letak kerja penalaran. Seseorang
akan menerima data atau fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang
belum tentu jelas kebenarannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Penalaran dalam bahasa......?
1.2.2
Klasifikasi.....?
1.2.3
Persyaratan klasifikasi.....?
1.2.4
Proposisi......?
1.2.5
Penalaran.....?
1.2.6
Kesalahan bernalar.....?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1
Persyaratan perkuliah dalam mata kuliah
pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
1.3.2
Agar menambah wawasan mahasiswa tentang
penalaran
BAB II
PEMBAHASAN
1.4.1 Penalaran Dalam Bahasa
Berbahasa identik dengan berpikir.
Jadi, sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran adalah proses berpikir
yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang dapat
bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Penalaran akan membantu manusia berpikir
lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapat kebenaran dan mengindari
kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan
diri atas prinsip penalaran.
Bernalar mengarah pada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran
mendidik manusia bersifat objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala aktifitas. Penaralan adalah suatu proses berpikir yang
logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu
kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat
bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat
dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh panca indera,
melihat, mendengar, membaui, mengukur, menapsir, memberikan ciri-ciri,
mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan. Jadi dasar berpikir adalah
klasifikasi.
1.4.2 Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan
benda atau fakta yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya.
Pengelompokan berfungsi agar kita mudah berhubungan dengan benda atau fakta
itu. Dapat dibayangkan betapa sulitnya mencari sebuah buku diperpustakaan
ditumpuk begitu saja tampa dibuat klasifikasi.
Guna klasifikasi, sudah dijelaskan
bahwa klasifikasi menempatkan fakta pada suatu hubungan logis untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang fakta tersebut. Dengan demikian klasifikasi berguna
untuk memahami fakta yang diperlukan sebagai dasar penalaran. Dalam menulis,
klasifikasi diperlukan untuk mengembangkan topik karangan, membuat karangka
karangan, bahkan menyiapkan bahan-bahan untuk mengembangkan karangan.
1.4.3
Persyaratan Klasifikasi
a. Prinsipnya
jelas. Prinsip merupakan atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri
yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta, benda, gejala yang
diklasifikasikan.
b. Logis
dan sistematis. Artinya prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada
kelas bahwanya. Misalnya, jika seoarang pustakawan mengelompokkan buku-buku
diperpustakaan berdasarkan ilmu, maka buku perbankan akan dikelompokkan ke
bagian ilmu-ilmu ekonomi.
c. Lengkap
dan menyeluruh : Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus
dikenakkan kepada semua anggota kelompok tampa terkecuali. Misalnya, jika suatu
fakultas terdiri atas 2.000 orang mahasiswa dan akan diklasifikasikan
berdasarkan umurnya, maka dasar tersebut akan dikenakan kepada kedua ribu
mahasiswa tersebut.
1.4.4
Proposisi
Dalam
proses penalaran, kita menghubung-hubungkan fakta-fakta. Hubungan itu
diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan atau kalimat berita.
Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut
proposisi. Pernyataan dapat banar atau salah, jadi proposisi dapat dibatasi
sebagai kalimat yang mengandung pernyataan hubungan fakta-fakta yang dapat
dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan unit
terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Perhatikan
sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu
merupakan kalimat pernyataan atau berita; sebab kalimat tanya, kalimat
perintah, kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.
Contoh:
1. Bahasa
adalah sarana penalaran.
2. Sifat
kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
3. Bagaimana
peranan bahasa dalam proses penalaran ?
4. Semoga
saja penelitian ini berhasil !
Kalimat
1 dan 2 merupakan proposisi, kalimat 3, dan 4 bukan proposisi. Dalam penalaran,
proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis
itu adalah batu, pasir, dan semen sedangkan penalaran adalah arsitekturnya.
Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitektur yang baik akan
menghasilkan bangunan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan
kesimpulan yang benar.
1. Implikasi
Implikasi adalah
ucapan atau pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat
tentang fakta tersebut.
Contoh:
Tadi pagi terjadi sebuah tabrakan di
depan kampus.
Untuk menguji kebenaran ucapan
faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang
benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita
membuktikan dengan mendatangi tempat kejadian tabrakan, dan mencari informasi
tentang penyebab terjadinya tabrakan tersebut.
2. Inferensi
Inferensi adalah
pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangan, dan
keyakinan seseorang tentang fakta.
Contoh
: Tabrakan itu terjadi karena kesalahan
supir bus yang menghentikan kendaraannya secara mendadak.
Untuk membuktikan kebenaran sebuah
kesimpulan perlu diuji fakta yang terjadi dasar penyusunan kesimpulan dan prosos pembentukan kesimpulan tersebut.
Misalnya, kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka kita
lakukan adalah
§ membuktikan
peristiwa tabrakan itu benar.
§ menilai
proses yang digunakan untuk kesimpulan ; misalnya kita mendapat data sebagai
berikut: pada waktu itu bus berada disekitar dua meter didepan sedan yang
membuntutinya. Tiba-tiba dari arah sebelah kanan jip membelok dan memotong
didepan bus, kemudian supir bus merem kendaraannya secara mendadak untuk
menghindari tabrakan. Sedan yang berada dibelakang tidak sempat merem dan
mengantam bagian belakang bus.
§ jika
terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah
penyelesaian masalah melalui hukum, yang sacara ilmiah diacu dari referensi.
1.4.5
Penalaran
Penalaran
dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah merupakan
sistematis antara kedua penalaran ini. Penalaran induktif adalah proses
berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejalah individual
untuk menurunkan kesimpulan ( inferensi ) yang berlaku umum. Penalaran
induktif, proses berpikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan
sebab- akibat.
1. Generalisasi
Generalisasi
adalah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian
dari gejala serupa. Misalnya orang indonesia peramah, apakah generalisasi itu
sah? Untuk membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut.
a. Cukup
memadai, artinya gejala-gejala khusus atau sampel yang diamati sebagai dasar
penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka
generalisasi itu akan menjadi luas. Gejala yang diamati perluh dilihat jenisnya
; apakah homogen atau heterogen.
b. Cukup
mewakili, artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai
generalisasi atau sampelnya mewakili
populasi, misalnya disuatu fakultas yang terdiri atas tiga program studi,
terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2, 3, 4.
c. Kekecualian,
jika kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil
generalisasi.
2. Analogi
Analogi
induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferen tentang
kebenaran suatu gajala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan, yang
diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan benar-benar
memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting yang berhubungan erat dengan
kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh:
Ø Ilmu
pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh
batu-batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak
semua kumpulan batu itu rumah.
3. Sebab
akibat
Prinsip
umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada
penyebabnya. Penalaran dari sebab akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap
suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang
ditimbulkan.
Contoh
:
Ø Ada
seorang diri tinggal di sebuah kamar sewa dengan penerangan lampu listrik. Pada
libur akhir semester, anda tinggal dirumah orang tua selama satu bulan.
Sepulang liburan, anda baru sadar sebelum berangkat liburan anda tidak
mematikan lampu kamar. Dari kenyataan ini, anda menarik kesimpulan bahwa anda
uang langganan listrik lebih tinggi dari bulan-bulan yang sebelumnya.
Penalaran deduktif adalah proses
berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk
suatu hal atau gejala, atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang
sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal atau gejala umum di atas.
Penalaran deduktif bergerak dari suatu yang bersifat umum kepada yang khusus.
Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimen.
1. Silogisme
Silogisme
adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan x,
sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a. Semua
yang melanggar peraturan x akan dihukum.
b. Ia
melanggar peraturan x.
c. Ia
dihukum.
2. Entimen
Entimen
dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimen,
yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh
: Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat diatas dapat dipenggal
menjadi dua.
a. Menipu
adalah dosa.
b. Karena
( menipu ) merugikan orang lain.
1.4.6
Kesalahan Bernalar
Dalam
ucapan atau tulisan, sering kita jumpai pernyataan yang mengandung kesalahan.
Kesalah ini terjadi secara tidak sadar karena kondisi mental yang tertekan atau
tidak menyenangkan, misalnya salah tulis atau salah ucap. Ada juga kesalahan
karena ketidak tahuan dan sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang
diuraikan disi ialah kesahan yang berhubungan dengan proses bernalar atau
berpikir, yaitu kesalahan dalam berbahasa atau kesalahan informal dan kesalahan
penalaran atau kesalahan formal.
1. Kesalahan
informal
sebagai
sarana berpikir, bahasa mengandung kelemahan karena kata-kata sering kabur atau
tidak tegas maknanya, demikian halnya dengan kalimat. Perhatikan kalimat
berikut.
Anak dosen yang cantik itu adalah
mahasiswa UI ( siapa yang cantik : dosen atau anak ).
Mukti berkata kepada temannya Ardi bahwa ia harus berangkat sekarang juga ( menunjukkan
siapakah ia, Mukti, Ardi ? ).
Kesalahan
informal dikelompokkan dalam kesalahan relevansi karena premisnya tidak
mempunyai hubungan dengan kesimpulan. Yang termasuk kesalahan jenis ini adalah
sebagai berikut.
a. Argumentum
ad Hominem
b. Argumentum
ad Baculum
c. Argumentum
ad Aditoritatis
d. Argumentum
ad Populum
e. Argumentum
ad Misercordian
f. Kesalahan
Non-Causa Pro-Causa
g. Kesalahan
Aksidental
h. Petitio
Principii
i.
Kesalahan Komposisi dan Divisi
j.
Kesalahan pada Pertanyaan yang kompleks
k. Non-Secuitur
atau Kesalahan konsekuen
l.
Ignorato Elenchi
2. Kesalahan
Formal
Kesalahan
formal terjadi pada proses penarikan kesimpulan dalam penalaran induktif dan
deduktif.
·
Generalisasi terlalu luas; terjadi
kerana anggota sampel yang kurang diamati kurang mencukupi dan memadai.
Contoh : Wanita kurang
mampu dalam matematika dibandingkan dengan
pria. Kesimpulan ini diambil dari data: di dalam kelas yang terdiri atas 25 wanita
dan 20 pria, ternyata nilai tertinggi diperoleh oleh pria dan 5 nilai terendah
diperoleh oleh wanita.
3. Kesalahan
deduktif
Kesalahan premis mayor
tidak dibatasi.
Contoh :
·
Semua pelaku kejahatan adalah
korban rumah tangga yang berantakan.
·
Kalau hakim masuk desa, di desa tidak
ada ketidakadilan.
Kalau bentuk entimen tersebut dikembalikan
ke dalam bentuk silogisme terlihat bahwa premis mayornya tidak dibatasi.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
1.5.1. Simpulan
Berbahasa idektik dengan berpikir. Jadi,
sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran merupakan suatu proses
berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan dalam sesuatu hal.
Bernalar mengarah pada berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapat kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir
dan bertindak, manusia berdasarkan diri atas prinsip-prinsip penalaran.
Bernalar mengarah pada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena
penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap
yang membutuhkan dalam segala kondisi. Dalam proses berpikir yang logis dengan
berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur
dan dikenali, untuk dapat bernalar kita harus mengenali fakta dengan baik dan
benar, fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang
menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba dan merasa.
1.5.2 Saran
Makalah ini membahas tentang penalaran
yang di miliki manusia dalam proses berpikir, sehingga mendapat solusi dari
setiap masalah yang terjadi di lingkuangan hidupnya dan mencapai tujuan
tertentu. Kami sebagai penyaji makalah ini sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyajikan makalah
ini, dan apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, maka itu
diluar kemampuan kami. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
makalah ini, agar kedepannya makalah kami lebih baik dari sekarang ini.
DAFTAR
RUJUKAN
Rahayu,
Minto.2007. Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi. Jakarta. PT. Grasindo.
Arifin,
E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat
Berbahasa Indonesia. Jakarta. Akademi Pressindo