Selasa, 22 Mei 2012

Makalah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia

MAKALAH
PENALARAN
Dosen Pembimbing : Fatmawati, S. Pd


Di Susun oleh Kelompok I
Darni
Dwi Wulandari
 Kalius
Riska Novita
Septri Hilda Yenti

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
2012



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt, karena berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang masalah penalaran. Makalah ini berisikan informasi tentang  penalaran, jadi kami harapkan dapat memerikan informasi bagi pembaca tentang penalaran manusia. Kami sudah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam sistem penulisan makalah ini, jadi jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun ejaan kata maka itu diluar kemampuan kami.
            Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Swt slalu meridhohi segala usaha kita. Amin.

                                                                                      Pekanbaru, 08 April 2012

                                                                                             Tim Penulis




 DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................   1  
Daftar Isi ............................................................................................   2
Bab I Pendahuluan .............................................................................   3
1.1.Latar belakang ........................................................................    3
1.2.Rumusan masalah ....................................................................   3
1.3.Tujuan penulisan ......................................................................   3
 Bab II Pembahasan ..........................................................................   4
       2.1. Bernalar dalam bahasa ...........................................................    4
       2.2. Klasifikasi ..............................................................................    4
       2.3. Persyaratan klasifikasi ............................................................    4
       2.4. Proposisi ...............................................................................     5
       2.5. Penalaran ..............................................................................     6
       2.6. Kesalahan bernalar ................................................................    8
Bab III Simpulan dan Saran .............................................................   11
       3.1. Simpulan ...............................................................................    11
       3.2. Saran ....................................................................................    11
Daftar Rujukan ................................................................................     12

                       

    




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penalaran merupakan suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar, disilah letak kerja penalaran. Seseorang akan menerima data atau fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum tentu jelas kebenarannya.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Penalaran dalam bahasa......?
1.2.2        Klasifikasi.....?
1.2.3        Persyaratan klasifikasi.....?
1.2.4        Proposisi......?
1.2.5        Penalaran.....?
1.2.6        Kesalahan bernalar.....?

1.3  Tujuan penulisan
1.3.1        Persyaratan perkuliah dalam mata kuliah pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
1.3.2        Agar menambah wawasan mahasiswa tentang penalaran







BAB II
PEMBAHASAN
            1.4.1 Penalaran Dalam Bahasa
            Berbahasa identik dengan berpikir. Jadi, sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Penalaran akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapat kebenaran dan mengindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran.
            Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersifat objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala aktifitas. Penaralan adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh panca indera, melihat, mendengar, membaui, mengukur, menapsir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan dan menghubung-hubungkan. Jadi dasar berpikir adalah klasifikasi.
            1.4.2 Klasifikasi
            Klasifikasi adalah pengelompokan benda atau fakta yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya. Pengelompokan berfungsi agar kita mudah berhubungan dengan benda atau fakta itu. Dapat dibayangkan betapa sulitnya mencari sebuah buku diperpustakaan ditumpuk begitu saja tampa dibuat klasifikasi.
            Guna klasifikasi, sudah dijelaskan bahwa klasifikasi menempatkan fakta pada suatu hubungan logis untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang fakta tersebut. Dengan demikian klasifikasi berguna untuk memahami fakta yang diperlukan sebagai dasar penalaran. Dalam menulis, klasifikasi diperlukan untuk mengembangkan topik karangan, membuat karangka karangan, bahkan menyiapkan bahan-bahan untuk mengembangkan karangan.
           
1.4.3 Persyaratan Klasifikasi
a.       Prinsipnya jelas. Prinsip merupakan atau patokan untuk membuat klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta, benda, gejala yang diklasifikasikan. 
b.      Logis dan sistematis. Artinya prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bahwanya. Misalnya, jika seoarang pustakawan mengelompokkan buku-buku diperpustakaan berdasarkan ilmu, maka buku perbankan akan dikelompokkan ke bagian ilmu-ilmu ekonomi.
c.       Lengkap dan menyeluruh : Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakkan kepada semua anggota kelompok tampa terkecuali. Misalnya, jika suatu fakultas terdiri atas 2.000 orang mahasiswa dan akan diklasifikasikan berdasarkan umurnya, maka dasar tersebut akan dikenakan kepada kedua ribu mahasiswa tersebut.
1.4.4 Proposisi
Dalam proses penalaran, kita menghubung-hubungkan fakta-fakta. Hubungan itu diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan atau kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat banar atau salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah. Dalam berpikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Perhatikan sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan atau berita; sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.
Contoh:
1.      Bahasa adalah sarana penalaran.
2.      Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
3.      Bagaimana peranan bahasa dalam proses penalaran ?
4.      Semoga saja penelitian ini berhasil !
Kalimat 1 dan 2 merupakan proposisi, kalimat 3, dan 4 bukan proposisi. Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen sedangkan penalaran adalah arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitektur yang baik akan menghasilkan bangunan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang benar.
1.      Implikasi
Implikasi adalah ucapan atau pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut.
Contoh: Tadi pagi terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.
            Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita membuktikan dengan mendatangi tempat kejadian tabrakan, dan mencari informasi tentang penyebab terjadinya tabrakan tersebut.
2.      Inferensi
Inferensi adalah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangan, dan keyakinan seseorang tentang fakta.
Contoh : Tabrakan itu terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara mendadak.
            Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang terjadi dasar penyusunan kesimpulan  dan prosos pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya, kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka kita lakukan adalah
§  membuktikan peristiwa tabrakan itu benar.
§  menilai proses yang digunakan untuk kesimpulan ; misalnya kita mendapat data sebagai berikut: pada waktu itu bus berada disekitar dua meter didepan sedan yang membuntutinya. Tiba-tiba dari arah sebelah kanan jip membelok dan memotong didepan bus, kemudian supir bus merem kendaraannya secara mendadak untuk menghindari tabrakan. Sedan yang berada dibelakang tidak sempat merem dan mengantam bagian belakang bus.
§  jika terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah penyelesaian masalah melalui hukum, yang sacara ilmiah diacu dari referensi.

1.4.5 Penalaran
Penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah merupakan sistematis antara kedua penalaran ini. Penalaran induktif adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejalah individual untuk menurunkan kesimpulan ( inferensi ) yang berlaku umum. Penalaran induktif, proses berpikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan sebab- akibat.
1.      Generalisasi
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Misalnya orang indonesia peramah, apakah generalisasi itu sah? Untuk membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut.
a.       Cukup memadai, artinya gejala-gejala khusus atau sampel yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka generalisasi itu akan menjadi luas. Gejala yang diamati perluh dilihat jenisnya ; apakah homogen atau heterogen.
b.      Cukup mewakili, artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi  atau sampelnya mewakili populasi, misalnya disuatu fakultas yang terdiri atas tiga program studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2, 3, 4.
c.       Kekecualian, jika kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil generalisasi.
2.      Analogi
Analogi induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferen tentang kebenaran suatu gajala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan, yang diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.



Contoh:
Ø  Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu itu rumah.
3.      Sebab akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Penalaran dari sebab akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang ditimbulkan.
Contoh :
Ø  Ada seorang diri tinggal di sebuah kamar sewa dengan penerangan lampu listrik. Pada libur akhir semester, anda tinggal dirumah orang tua selama satu bulan. Sepulang liburan, anda baru sadar sebelum berangkat liburan anda tidak mematikan lampu kamar. Dari kenyataan ini, anda menarik kesimpulan bahwa anda uang langganan listrik lebih tinggi dari bulan-bulan yang sebelumnya.
            Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala, atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan bagian hal atau gejala umum di atas. Penalaran deduktif bergerak dari suatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimen.
1.      Silogisme
Silogisme adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan x, sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a.       Semua yang melanggar peraturan x akan dihukum.
b.      Ia melanggar peraturan x.
c.       Ia dihukum.
2.      Entimen
Entimen dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimen, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh : Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
               Kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua.
a.       Menipu adalah dosa.
b.      Karena ( menipu ) merugikan orang lain.
1.4.6 Kesalahan Bernalar
Dalam ucapan atau tulisan, sering kita jumpai pernyataan yang mengandung kesalahan. Kesalah ini terjadi secara tidak sadar karena kondisi mental yang tertekan atau tidak menyenangkan, misalnya salah tulis atau salah ucap. Ada juga kesalahan karena ketidak tahuan dan sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang diuraikan disi ialah kesahan yang berhubungan dengan proses bernalar atau berpikir, yaitu kesalahan dalam berbahasa atau kesalahan informal dan kesalahan penalaran atau kesalahan formal.
1.      Kesalahan informal
sebagai sarana berpikir, bahasa mengandung kelemahan karena kata-kata sering kabur atau tidak tegas maknanya, demikian halnya dengan kalimat. Perhatikan kalimat berikut.
*      Anak dosen yang cantik itu adalah mahasiswa UI ( siapa yang cantik : dosen atau anak ).
*      Mukti berkata kepada temannya  Ardi bahwa  ia harus berangkat sekarang juga ( menunjukkan siapakah ia, Mukti, Ardi ? ).
Kesalahan informal dikelompokkan dalam kesalahan relevansi karena premisnya tidak mempunyai hubungan dengan kesimpulan. Yang termasuk kesalahan jenis ini adalah sebagai berikut.
a.       Argumentum ad Hominem
b.      Argumentum ad Baculum
c.       Argumentum ad Aditoritatis
d.      Argumentum ad Populum
e.       Argumentum ad Misercordian
f.       Kesalahan Non-Causa Pro-Causa
g.      Kesalahan Aksidental
h.      Petitio Principii
i.        Kesalahan Komposisi dan Divisi
j.        Kesalahan pada Pertanyaan yang kompleks
k.      Non-Secuitur atau Kesalahan konsekuen
l.        Ignorato Elenchi
2.      Kesalahan Formal
Kesalahan formal terjadi pada proses penarikan kesimpulan dalam penalaran induktif dan deduktif.
·         Generalisasi terlalu luas; terjadi kerana anggota sampel yang kurang diamati kurang mencukupi dan memadai.
Contoh : Wanita kurang mampu dalam matematika dibandingkan  dengan pria. Kesimpulan ini diambil dari data: di dalam kelas yang terdiri atas 25 wanita dan 20 pria, ternyata nilai tertinggi diperoleh oleh pria dan 5 nilai terendah diperoleh oleh wanita.
3.      Kesalahan deduktif
Kesalahan premis mayor tidak dibatasi.
Contoh :
·         Semua pelaku kejahatan adalah korban  rumah tangga yang berantakan.
·         Kalau hakim masuk desa, di desa tidak ada ketidakadilan.
Kalau bentuk entimen tersebut dikembalikan ke dalam bentuk silogisme terlihat bahwa premis mayornya tidak dibatasi.






BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
            1.5.1. Simpulan
            Berbahasa idektik dengan berpikir. Jadi, sebelum berbahasa, kita harus berpikir. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan dalam sesuatu hal. Bernalar mengarah pada berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapat kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia berdasarkan diri atas prinsip-prinsip penalaran.
            Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang membutuhkan dalam segala kondisi. Dalam proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta  adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali, untuk dapat bernalar kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar, fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan  yang  menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba  dan merasa.
            1.5.2 Saran
            Makalah ini membahas tentang penalaran yang di miliki manusia dalam proses berpikir, sehingga mendapat solusi dari setiap masalah yang terjadi di lingkuangan hidupnya dan mencapai tujuan tertentu. Kami sebagai penyaji makalah ini sudah berusaha  semaksimal mungkin dalam menyajikan makalah ini, dan apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, maka itu diluar kemampuan kami. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca makalah ini, agar kedepannya makalah kami lebih baik dari sekarang ini.





DAFTAR RUJUKAN

Rahayu, Minto.2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta.  PT. Grasindo.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta. Akademi Pressindo